RELASI dua tokoh kunci pemerintahan di Sulteng, Gubernur Rusdi Mastura dan Sekdaprov Novalina Wiswadewa menemukan titik didihnya. Aroma ketidakcocokan yang mengendap sejak dua tahun silam itu, kini kembali menemukan momentumnya – ketika event pelaksanaan Pilkada baru saja rampung.
Penonaktifan Novalina dari jabatannya, mengingatkan publik tentang hubungan dua tokoh penting ini, ketika puncaknya Rusdi Mastura akhirnya harus menerima Novalina sebagai sekdaprov devinitif pada 31 Januari 2023 lalu. Dengan penonaktifan ini, praktis mantan Kepala Dinas Kominfo Sulteng itu, tak sampai dua tahun menduduki jabatannya.
Ia dilantik Wakil Gubernur Ma’mun Amir pada 31 Januari 2023. Dinonaktifkan oleh Gubernur Rusdi Mastura, 2 Januari 2025. Tadi, saat ditemui di ruang kerjanya Rusdi Mastura tetap enggan membocorkan alasan penonaktifan sosok yang pernah ditolaknya pada dua tahun silam itu. Ia masih tetap mengulangi pernyataan dia sebelumya. ”Ada pertanyaan yang belum dia jawab,” ujar Cudi dengan nada tinggi.
TERKAIT POLITIK PILKADA
Hingga memasuki pekan kedua, musabab penonaktifan itu masih buram. Namun informasi terpercaya dari sumber terpercaya yang diperoleh menyebutkan, sikap Gubernur itu tidak ujug-ujug. Ada pemicunya. Ada kaitannya dengan politik pilkada. Sumber menyebutkan, dalam pilkada lalu maupun setelahnya, Novalina disebut-sebut selalu berkoordinasi dan intens berhubungan dengan salah satu kandidat. Novalina diindikasikan tidak menjaga prinsip netralitas seorang ASN.
Padahal menurut dia, Gubernur yang sah dan masih menjabat saat ini adalah Rusdi Mastura. Proses Pilkada belum ada pemenangnya. Masih ada yang mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. ”Tapi dia sudah sibuk dan aktif menghubungi kandidat itu. Ini yang bikin tersinggung lalu dinonaktifan,” rinci sumber.
Novalina belum membalas pesan yang dikirimkan kepadanya. Ia belum menjawab soal anggapan tidak bisa menjaga sikap netral yang dialamatkan kepadanya. Pesan yang terkirim tampak centang dua. Namun belum ada respons.
Untuk membuktikan klaim tersebut di atas, wartawan menghubungi dua kandidat Gubernur Sulteng, Anwar Hafid dan Ahmad Ali. Pada percakapan melalui telepon, Ahmad Ali mengakui, jika Novalina pernah ke rumahnya. Namun ia menampik kunjungan itu, bermotip politik pilkada – apa lagi jika diasumsikan sebagai tindakan parsial.
”Waktu itu dia datang untuk open house lebaran. Dia datang karena Ibu Nilam Ketua DPRD Sulteng. Etika birokrasi memang seperti itu,” ujar Ali. Ia kemudian mempertanyakan alasan penonaktifan Novalina sebagai hal yang tidak berdasar. ”Novalina diangkat dengan SK Pemerintah Pusat, tidak boleh diberhentikan begitu saja,” tandasnya.
Pertanyaan yang sama juga dikirimkan ke pasangan Anwar Hafid dan Reny Lamadjido. Tidak ada respons dari keduanya. Setidaknya sampai artikel ini tayang. Namun Ketua Tim Pemenangan Anwar – Reny, Hidayat Pakamundi, mengaku ia tidak pernah dihubungi oleh Sekdaprov Novalina – jika itu terkait dengan politik pilkada.
Relasi yang terbangun selama ini menurut dia, sebatas komunikasi sebagai Anggota DPRD Sulteng dan Novalina sebagai Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD). ”Kalau persoalan Pilkada saya pastikan tidak ada. Sama Pak Anwar dan Ibu Reny saya pastikan tidak ada, komunikasi soal pilkada,” ucap politisi Demokrat ini.
FAKHRUDIN YAMBAS JALANKAN TUGAS SEKDAPROV
Saat menerima Tim Ahli yang menyusun Rencana Induk Geopark Poso, Cudi – sapaan akrabnya, memanggil Asisten I, Fakhrudin Yambas. Cudi menarik kursi dan mempersilakan peraih gelar doktor dari IPDN itu, duduk di samping kirinya. Di samping kanannya, duduk Kepala Dinas Pariwisata, Diah Agustiningsih. Cudi memperkenalkan mantan Kepala Badan Kesbangpol Sulteng itu, bakal menjalankan tugas-tugas dari Sekdaprov. ”Dia ini nanti yang jalankan tugas tugas Sekda,” katanya tersenyum.
Cudi tidak merinci, status Fakhrudin sebagai Pelaksana Tugas (Plt) atau status lainnya. Ia hanya menekankan, tugas-tugas Sekdaprov akan dibebankan kepadanya. Fakhrudin sendiri yang ditemui usai pertemuan, mengaku baru mendengar pernyataan lisan tentang tugas barunya itu. ”Belum ada apa-apa, surat atau apa pun, belum ada ini. Ini kesempatan pertama saya dipanggil dan dengar ada penugasan seperti itu dari Pak Gub,” ujar Fakhrudin yang tampak hati-hati memberikan pernyataan.
NOVALINA TETAP BERKANTOR
Walau berstatus non aktif, Novalina terpantau tetap berkantor. Pada Senin 6 Januari 2024, sekira pukul 10.00 pagi, ia bergegas keluar dari ruang kerjanya di lantai 1 Kantor Gubernur Sulteng. Dikawal salah satu pegawai yang menempel ketat ditubuhnya, Novalina yang tampak rapi dengan baju dinas warna cerah dan kerudung corak cokelat pucat, bergegas menuju ruang kerja gubernur yang berjarak sekira 15 meter.
Menurut petugas jaga yang bertugas di pintu masuk, atasannya selalu masuk kerja seperti biasa. ”Itu ibu, baru keluar,” kata petugas sambil menunjuk Sekdaprov non aktif itu. Wartawan berusaha menguntit langkahnya. Namun tertahan di pintu masuk. Dari kejauhan, terlihat Novalina tak langsung menghadap Gubernur. Usai menerima tamu dari Tim Ahli Geopark Poso, Gubernur masih menerima tamu lain.
CUDI AKUI NOVALINA PEJABAT CERDAS
Kepada wartawan yang menemuinya di ruang kerjanya, Cudi mengakui jika Novalina adalah salah satu pejabat yang cerdas. ”Ya, saya akui dia cerdas,” ujarnya terus terang. Ungkapan Gubernur itu ada benarnya. Figur Novalina mengingatkan, sosok Sekdaprov Sulteng di era Gubernur HB Paliudju dan Aminuddin Ponulele, yakni Drs Samijono. Samijono diakui tak hanya di kalangan jurnalis. Koleganya di DPRD Sulteng, mengakui kecerdasan sosok pejabat yang didrop dari Depdagri tersebut.
Diberbagai kesempatan, baik wawancara maupun pidato resmi tanpa teks, kalimatnya selalu terukur, intonasi terjaga serta diksi yang pas dengan kontes. Sosok Novalina juga demikian. Kalimatnya selalu terukur. Tidak meledak ledak. Dia bukan orator. Tapi pesan dalam setiap ucapannya selalu sampai ke audiens.
Fakta lainnya, Novalina adalah salah satu di antara tiga pejabat yang mempunyai nilai tertinggi saat seleksi pejabat eselon I B yang berlangsung pada 2022 silam. Novalina mengalahkan dua saingannya, Fakhrudin Yambas dan Sadli Lesnusa, sekaligus mengantongi SK dari Menteri Dalam Negeri.
KILAS BALIK CUDI VS NOVALINA
Novalina Wiswadewa (56) menyandang jabatan Sekdaprov Sulteng, pada 31 Januari 2023. Namun jauh sebelum itu, tepatnya Jumat 9 Desember 2022, drama pencalonannya sudah berlangsung. Pada saat itu, sikap publik Cudi tidak menghendaki mantan Kepala Biro Otonomi Daerah Setdaprov Sulteng itu menjadi Sekdaprov.
Berita penolakan itu menggelinding jauh. Menjadi kepala berita di koran. Menjadi isu utama di portal online. Obrolan hangat di kalangan politisi hingga warkop dan media sosial. Hingga memicu aksi demonstrasi di Jakarta. Magnitudonya sangat tinggi.
Seperti juga pada hari ini, saat itu Novalina tidak banyak bicara. Dibombardir dengan pertanyaan melalui pesan singkat – nyaris tak ada pesan yang diresponnya. Pada siaran pers yang dirilis 12 Januari 2023, Cudi menegaskan, Novalina tidak sesuai rekomendasinya. Cudi menghendaki dua kandidat lainnya, Sadli Lesnusa dan Fakhrudin Yambas.
Namun pada akhirnya meritokrasi tetap menjadi pemenangnya. Dalam lelang jabatan, Novalina menempati rating tertinggi dari para pesaingnya itu. Ia pun dilantik menjadi Sekdaprov Sulteng menggantikan Plt Rudi Dewanto.
Sejak mengemban amanah selama dua tahun terakhir, tidak ada rumor krusial yang mengiringi relasi dua pejabat utama tersebut. Keduanya tampak adem dan lancar.
Setidaknya, kesan itu yang terpantau dari lantai 1 Kantor Gubernur Sulteng, tempat keduanya berkantor. Tapi tiba-tiba gaduh. Dua pejabat ini kembali tidak sejalan. Novalina, kini menjadi Sekdaprov yang nirfungsi. Tugas-wewenang dan tanggungjawabnya dicopot. Dialihkan ke Asisten I, Fakhrudin Yambas.
Novalina yang diterima Gubernur Rusdi Mastura di ruang kerjanya pada pukul. 10.00 pagi masih ditunggu hasilnya. Mereka berdua menghabiskan obrolan selama 15 menit di ruang makan yang berjarak beberapa hasta dari ruang kerja. Tidak ada petgas yang berani membocorkan isi pembicaraan kedua pejabat yang sedang bersitegang itu. Apakah kembali akur. Atau bubar jalan. ***
Penulis & Foto: Yardin Hasan