Menyusuri Situs Sejarah Grand Mosque Bursa

KHUSUK - Salah seorang pengunjung shalat sunah didepan Kiswa Kabah yang diproduksi di Kota Bursa Turki

Oleh: Tasrif Siara

PUKUL empat waktu Istanbul, Turkish Airlines menurunkan ketinggian setelah menempuh perjalanan malam lebih dari sebelas jam. Dari balik kaca jendela Airbus A350-900, gemerlap lampu berbagai kota terlihat.

Dalam hati, saya berucap, Assalamu alaikum bumi Turki Utsmaniyah, sesaat lagi saya akan menapaki  negeri meeting point off di world.

Dari Bandara Istanbul International Airport,  saya dan tim meluncur langsung sejauh 132 kilometer ke Kota Bursa, ke arah barat laut Turki. Bursa  kota terbesar keempat, terletak di wilayah Marmara.

Bursa tak saja dikenal sebagai pusat industri otomotif, tapi di sana ada jejak beradaban Turki Usmani yang perlu ditelusuri.

Sekitar pukul dua belas saya masuk ke sebuah pelataran di Kota Bursa, udara tiga derajat celcius menyambut ramah, seakan menyapa, selamat datang warga warga Kota Palu yang mataharinya lebih dari satu. Di pelataran itu ada Grand Mosque, salah satu  masjid bersejarah di Turki.

Grand Mosque  juga dikenal dengan nama Ulu Camii. Kawasan ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol dari sejarah dan kebudayaan yang mengakar dalam kehidupan umat Islam dan masyarakat umumnya.

Seketika, saya berucap, alhamdulillah bisa menapaki pelataran Grand Mosque. Dalam suasana yang teduh itu,  suara muazin Ulu Camii perlahan mengumandangkan azan Jumat (13/02/2025). Lagi–lagi saya berucap alhamdulillah, bisa shalat jumat ditempat yang sangat bersejarah dan ikonik ini.

Ingin rasanya bertayamum karena air  yang mengucur dari keran untuk wudhu bagai  baru keluar dari kulkas. Saya duduk bersebelahan dengan warga Kota Bursa yang sangat ramah itu, saya perkenalkan diri dari Indonesia. Beliau berdiri dan berbagi sajadah dengannya.

Khatib berdiri diatas mimbar yang tinggi itu,  dengan bacaan pembuka jumat yang familiar kita dengar setiap jumat. Seterusannya ia menyampaikan pesan-pesan keagamaan dalam Bahasa Turki, sesekali  khatib mengutip Alquraan dan Hadits yang juga masih sangat familiar kita dengar di masjid-masjid di Kota Palu.

Ketika jamaah keluar dari Grand Mosque, saya membingkai bayangan ke masa lalu, begini juga posisi jamaah yang keluar pada masa kejayaan Otoman, tak sadar seorang warga Bursa menawarkan roti khas Turki, mereka sebut roti simit yang teksturnya keras dan renyah.

Tour Guide kami bernama Omar berbagi cerita, pada masa kerajaan Otoman, kiswah yang menututupi Ka’bah setiap tahun di kirim ke Bursa untuk di ganti, kiswah lama di simpan di Ulu Camii.

Salah satu kiswah Ka’bah yang umurnya ribuan tahun itu masih tersimpan rapi dalam lemari kaca di sudut kiri depan masjid bersejarah itu. Beberapa jamaah dari berbagai negara shalat sunnah di depan Kiswah yang sangat historik itu.

Masjid Ulu Camii mulai dibangun pada tahun 1396 oleh Sultan Bayezid I, yang juga dikenal dengan julukan Bayezid Yıldırım  atau  Bayezid Sang Petir.

Sultan Bayezid I memerintahkan pembangunan masjid ini sebagai simbol kejayaan dan kekuatan Kekaisaran Utsmaniyah yang baru saja mulai berkembang pada masa pemerintahannya.

Proses pembangunan Ulu Camii memakan waktu yang cukup lama, lebih 10 tahun. Resmi digunakan sebagai tempat shalat  tahun 1400.

Arsitektur masjid ini dirancang oleh arsitek terkenal pada masanya, dan ia menggabungkan berbagai unsur desain yang mencerminkan kebesaran Kesultanan Utsmaniyah.

Di Grand Mosque terdapat  20 kubah yang mengelilingi bangunan utama, serta ruang sholat utama yang luas dan megah, masjid ini bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga mencerminkan kekuatan dan kemegahan Utsmaniyah pada masa itu.

Arsitektur masjid ini adalah warisan gaya klasik Ottoman, menggunakan kubah besar, menara tinggi, dan mimbar yang dihiasi dengan kaligrafi dan ornamen indah.

Masjid Agung ini juga terkenal karena seni ukir yang detil dan penataan ruang yang lega yang memungkinkan sinar matahari masuk melalui jendela kaca patri yang berwarna, menciptakan suasana yang sangat damai dan nyaman.

Grand Mosque memiliki dua menara besar yang menjulang tinggi, menciptakan kesan megah dan penuh keagungan.

Saat menapaki ruang utama, saya terpesona dengan kubah besar yang menggantung tinggi di atas kepala saya, memberi kesan luar biasa. T

erbayang bagaimana para arsitek dan para pekerjanya. Kubah ini memiliki diameter sekitar 20 meter, yang menjadikannya salah satu kubah terbesar negara Turki.

Di setiap dindingnya, kaligrafi  terpasang, menjadi salah satu daya tarik bagi para pengunjung yang ingin meresapi kedalaman spiritual masjid ini. Pada bagian tengahnya terdapat tempat wuduh khusus jamaah pria, berbentuk bulatan.

Bagian dalam masjid memiliki pembagian yang sangat baik,  ruang untuk salat berjamaah yang terorganisir dengan rapi, memungkinkan kenyamanan bagi setiap jamaah yang datang untuk beribadah.

Suasana di dalam masjid sangat khusyuk, dan saya merasakan kedamaian yang luar biasa saat berada di sana, jauh dari kebisingan dan hiruk-pikuk dunia luar.

Sebagai salah satu bangunan bersejarah di Bursa, masjid ini menawarkan wawasan mendalam tentang peradaban Utsmaniyah dan keindahan arsitektur Islam yang khas.

Saya berbincang dengan seorang warga Bursa di Grand Mosque, ia menjelaskan, di masjid ini juga sering menjadi objek studi bagi mahasiswa arsitektur, yang ingin mempelajari teknik pembangunan masjid serta pengaruhnya dalam desain bangunan besar pada masa Utsmaniyah.

Lebih dari satu jam saya larut dalam jejak kejayaan Utsmaniyah. Di bawah lengkung-lengkung megah Grand Mosque, sejarah terasa begitu hidup. Kubahnya menjulang, kaligrafi menghiasi dinding-dindingnya, seakan berbisik tentang masa lalu yang tak lekang oleh waktu.

Keluar dari pintu kiri masjid, langkah kaki membawa saya ke Koza Han, pasar tua yang sejak berabad lalu menjadi denyut nadi perdagangan jalur sutra.

Grand Mosque, lorong-lorongnya masih dipenuhi riuh rendah pedagang dan pembeli. Di sini, sejarah bukan sekadar cerita, tetapi napas yang masih berdenyut di antara lipatan kain sutra dan kepulan teh hangat para pedagang.***

Penyunting: Yardin Hasan

 

Tinggalkan Balasan