Festival Film Pelajar, Meretas Batas Imajinasi, Merangkai Kisah Mengukir Karya

KETERANGAN PERS – kiri ke kanan, Gaudia Tomina, Mohammad Ifdhal, Adi Admaja, Vania Qanita, Mohammad Adiatma, Yanuar Maulana, saat memberi keterangan pers menanandai kick off FFP 2024, di Museum Provinsi Sulawesi Tengah, Rabu 12 Juni 2024 (f-indrawati Dg chaya)

‘’FESTIVAL Film Pelajar 2024, sebagai festival perdana kami sengaja memilih tidak ada tema. Kami membiarkan kreativitas dan imajinasi peserta,’’ tandas  Mohammad Ifdhal Direktur Festival Film Pelajar 2024, saat sesi konferensi pers, menandanai kick off festival film pelajar yang dipusatkan di Museum Provinsi Sulawesi Tengah, Rabu 12 Juni 2024. Jika peserta diberi batasan, maka tema film akan seragam dan itu mengungkung kreativitas mereka.

Padahal yang diinginkan, dalam setiap frame yang mereka bidik, filmmaker pemula mampu menenun mimpi dan harapan. Mengembangkan kreativitas mereka dengan keberanian dan semangat tanpa batas. Termasuk juga menciptakan karya yang tidak hanya menceritakan kisah. Tetapi juga menggugah hati dan imajinasi setiap penonton. Atas dasar itu, panitia tidak memberikan batasan dengan tema tertentu, dan membiarkan para pelajar merangkai kisahnya dengan imajinasi dan kreativitas mereka sendiri.

Total ada 14 film yang masuk ke meja panitia dari 10 film yang ditargetkan. Itupun pendaftarannya diperpanjang hingga 23 Mei 2024. Para peserta berasal dari tujuh sekolah SMK/SMA yang berasal dari Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Poso serta Kabupaten Donggala. Ifdhal mengaku, embrio filmmaker di daerah ini mulai bermunculan, setidaknya sudah ada beberapa sekolah kejuruan yang membuka jurusan produksi film. Yakni, SMK 2 Palu dan SMK Negeri Banawa di Kabupaten Donggala dan SMK Negeri Buol di Kabupaten Buol.

Ifdhal melanjutkan, munculnya jurusan film di sekolah membuat  para pelajar memiliki panggung untuk mengejar mimpi sinematik mereka. Termasuk belajar menenun kisah-kisah menakjubkan melalui lensa kamera, dan membentuk masa depan perfilman dengan kreativitas dan inovasi yang tak terbatas. ‘’Namun itu belum cukup. Setelah film jadi lalu mau diapakan. Perlu distribusi dan macam-macam kan,’’ tanyanya. Maka festival yang berlangsung tiga hari, 12 – 14 Juni 2024, adalah untuk memperkenalkan peserta tentang ekosistem industri film itu sendiri. ‘’Makanya kita perlu festival semacam ini, ungkap videographer Sinekoci ini.

Sayangnya, atmosfir positif ini tidak dibarengi dengan hadirnya medium pemutaran yang memadai atas karya tersebut. Di tengah pesona cerita-cerita dari film karya pelajar yang menunggu ditayangkan, minimnya infrastruktur pemutaran film di Sulawesi Tengah, bak tirai yang belum terangkat. Ikut menghalangi gemerlapnya imajinasi dan potensi kreativitas lokal yang siap memukau penontonnya. Minimnya distribusi film yang hanya berakhir di ajang FLS2N (kompetisi multicabang tingkat sekolah), sangat disayangkan.

Menurut peraih penghargaan Sutradara Terbaik di ajang Festival Film Antikorupsi (ACFFest) 2019, melalui film Home Sweet Home ini, distribusi film yang terhambat jangan sampai membuat karya-karya sinematik hanya memenuhi kebutuhan lomba. Sementara kisah-kisah penuh makna dalam film, terperangkap dalam batasan kompetisi di panggung penjurian. Karya-karya itu menanti dinikmati penontonnya. ‘’Sayang jika talenta itu tidak mendapatkan rantai distribusi dan ruang pemutaran yang memadai. Ini harus kita entaskan bersama,’’ katanya bijak.

Adi Atmadja, Kurator FFP 2024, mengaku festival ini terbagi dua program utama, retrospektif  (dua sesi) dan Ruang Hidup, Tanda dan Bencana. Spirit dari dua program ini adalah tentang menjadikan film sebagai pintu masuk untuk membicarakan film pelajar sebagai sebuah fenomena. Secara umum, festival tak sekadar perayaan tetapi refleksi dinamika film di kalangan pelajar. Menurutnya, festival film pelajar adalah cermin yang memantulkan perkembangan sinematik di kalangan anak sekolah. Publik menyaksikan bagaimana ide dan kreativitas mereka tumbuh dan berkembang. Pada setiap setiap karya yang dicetuskan, publik ikut menjadi saksi dari dedikasi dan semangat mereka merekam peristiwa dalam kisah-kisah yang menggugah dan menginsipirasi.

Selama hajatan setidaknya akan diisi enam agenda kegiatan. Mulai dari retrospektif 1 dan 2, Ruang Hidup, Tanda dan Bencana. Di sela kegiatan diisi dengan sejumlah agenda, diskusi, pertunjukan seni  pemutaran film hingga pengumuman nominasi. ‘’Dengan kemasan yang dibuat ringan, menarik namun tetap berisi, publik dapat mengetahui dinamika dunia film kita,’’ cetus  Vania Qanita Damayanti, Program Manager FFP 2024.

Gaudia Tomina, Pelajar dari SMK Negeri 1 Poso Pesisir, peserta Festival Film Pelajar 2024, mengaku pengalaman membesut film adalah yang pertama kali dialaminya. Bersama kru, ia menulis skenario, menentukan lakon hingga proses produksi. ‘’Kadang apa yang kita buat, harus diubah lagi karena penyesuaian di sana sini,’’ katanya ditemui terpisah. Pengalaman membuat film pendek, bagi gadis dengan rambut panjang berjurai ini, adalah petualangan yang indah dan menantang.

Setiap detik, adegan, dan dialog menjadi pelajaran yang amat berharga dalam momentum yang penuh kreativitas. Ketika imajinasi yang tertuang dalam skenario akhirnya menemukan bentuknya secara utuh dalam bentuk gambar hidup dengan plot cerita berkelindan di atasnya.  ‘’Bagi saya itu indah,’’ pungkasnya. Festival yang diselenggarakan oleh Sinekoci dan didukung penuh oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah menurut Adi Admaja diharapkan terus berlanjut.

Harapan ini tidak berlebihan. Ini adalah panggung pembelajaran dan pembinaan. Tempat dimana filmmaker muda menempa bakat mereka. Mengeksplorasi kreativitas tanpa batas. Dan membangun fondasi kuat untuk masa depan sinematik yang kokoh dan solid di Sulawesi Tengah. ***

Penulis: Yardin Hasan
Editor: Zaskia Miftah

Tinggalkan Balasan