KEBUDAYAAN adalah kebiasaan yang didapatkan oleh manusia menyangkut kepercayaan, kesenian, moral dan hukum serta adat istiadat. Aktivitas yang ditradisikan ia akan menjadi budaya pada kehidupan kelak nanti. Maka, membiasakan kehidupan digital pada kehidupan sekarang sudah harus menjadi pilihan. Karena ia akan tercatat sebagai budaya pada kehidupan nanti.
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik Provinsi Sulawesi Tengah Dra Novalina, MM, mengatakan itu, saat ditemui di ruangannya belum lama ini. Membincang soal kebudayaan menurut dia, tak semata tentang warisan dan artefak atau kehidupan tempo dulu. Namun di era digital dimana kegiatan yang mendukung kehidupan sudah dipermudah dengan adanya teknologi, juga perlu dibicarakan dan dbiasakan. Digitalisasi adalah berkah zaman ini harus dimanfaatkan agar memberi nilai tambah pada kehidupan. ”Digitalisasi adalah masa depan kita,” katanya.
Novalina mengaku, merasa perlu menegaskan itu, tak semata karena Dinas Kominfo yang dipimpinnya mendapat porsi tanggungjawab terbesar untuk urusan digitalisasi di Sulawesi Tengah. Tapi ini juga bagian dari komitmen dia sebagai pejabat, sebagai pribadi dan anggota masyarakat, termasuk sebagai ibu, untuk menyiapkan generasi terbaik yang melek digital. Digitalisasi dengan segala imbasnya – salah satunya adalah pasokan fake news atau hoaks yang memenuhi ruang-ruang publik menurut dia, harus diantisipasi. ”Salah satu jawabannya adalah membudayakan ramah digital kepada anak muda. Tidak melakukan sumpah serapah di ruang-ruang publik memasok kabar bohong atau ujaran kebencian melalui media sosial,” katanya.
Jangan sampai kata dia, era sekarang dicatat oleh generasi nanti sebagai pembuat hoaks karena perilaku yang tidak ramah di ruang-ruang digital. Peradaban manusia di era digital memang sangat menantang. Sebagai Badan Publik dengan irisan kepentingan yang kuat dengan digitalisasi maka, Dinas yang dipimpinnya aku Novalina terus berikhtiar mengenalkan budaya digital yang baik. Salah satunya membentuk komunitas komunitas digital berbasis desa. ”Ini juga termasuk program Pak Gubernur. Baru-baru ini yang sudah dicanangkan adalah di Desa Pakuli, melalui smart village.
Konsep smart village ungkap Novalina yang masuk tiga besar kandidat Sekdaprov Sulteng merupakan upaya untuk melakukan pengembangan dan penerapan optimalisasi infrastruktur jaringan dan aplikasi, khususnya administrasi pemerintahan desa. Gubernur katanya mempunyai keinginan kuat untuk mendorong smart village di sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah. Namun kendalanya adalah infrastruktur telekomunikasi yang belum merata hingga pelosok desa.
Padahal katanya, membentuk peradaban digital adalah agenda yang mendesak untuk dilakukan. Dari sana, warga mendapatkan nilai tambah baik dari sisi pengetahuan maupun ekonomi. Misalnya, transaksi hasil bumi dan pertanian cukup melalui digitalisasi. ”Ini yang kita terus dorong. Masyarakat harus mendapat nilai tambah dari digitalisasi ini,” tegasnya.
Lingkungan kerja di Pemprov Sulteng juga terus didorong akrab dengan digitalisasi. Saat pandemi Covid-19 ketika kebijakan bekerja dari rumah (work from home) dilakukan, pegawai ”dipaksa” akrab dengan digitalisasi. Pekerjaan kantor dan pertemuan dilakukan secara digital. Ini akan menjadi awal yang baik bagaiaman pegawai dan masyarakat umum mengakrabi peradaban digital. Digitalisasi adalah masa depan kehidupan semua orang***
Penulis: Amanda
Foto: Amanda