KEHADIRAN industri pengolahan nikel di Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali, telah mengubah wajah daerah itu. Dari desa pertanian dan nelayan menjadi sentra bisnis . Wajah desa dengan rumah dan jalanan yang lengang, tidak lagi dijumpai di sejumlah desa yang dekat dengan kawasan IMIP atau Indonesian Morowali Industrial Park.
Tangan yang dahulu menggenggam cangkul. Dayung dan jala. Kini merajut mimpi menjadi pebisnis. Mereka menyulap hal sederhana menjadi istimewa. Rumah-rumah mungil dihiasi bohlam pucat, kini menjadi gemerlap dengan pelantang yang memantulkan lagu teranyar dari artis idola.
Seperti yang terlihat. Saban hari ribuan seliweran orang menyesaki jalanan. Kampung-kampung yang sedekade silam akrab dengan gemuruh ombak dan suara ternak, tergantikan dengan suara transaksi warga. Rumah-rumah dengan halaman luas tampak sesak. Dijejali barang dagangan.
Perbelanjaan modern. Lembaga keuangan. Kafe, hotel. Hingga dealer kendaraan. Semua berebut spot strategis. Ekonomi yang membaik tak hanya terpantau melalui angka-angka statistik. Kesejahteraan warga itu ada. Nyata. Terlihat.
Ibu Masria, Warga Bahomakmur Kecamatan Bahodopi, adalah salah satunya. Ia adalah penjual ikan dari suaminya yang berprofesi nelayan. Menjajakan ikan dari kampung-kampung dijalaninya bertahun-tahun. Hanya sanggup menyekolahkan anak keduanya hingga SMA.
Semuanya berubah. Tatkala industri nikel masuk di wilayah berjuluk Bumi Tepe Asa Maroso itu. Halaman rumah Ibu Masria yang menyisakan luas 5 x 10 meter disulap menjadi warung sederhana. Menyediakan menu tempe, tahu dan ayam. Sesekali menyajikan menu khas laut.
Mayoritas pelanggannya karyawan perusahaan di kawasan PT IMIP. Harga menu mulai Rp30 ribu – Rp35.000. Jualan nasinya ludes tak bersisa. Suaminya, Ramli tak lagi melaut. Ia fokus membantu istrinya. ‘’Saya kebagian belanja di pasar,’’ kata suaminya tertawa kecil.
Setahun lebih berjualan, keluarga kecil ini langsung menikmati hasilnya. Tampilan dan interior rumah berubah total. Dinding papan diganti beton. Lantai semen dilapisi ubin putih mengilap. Foto keluarga diapit kaligrafi tergantung anggun di dinding bercat putih. Wajah-wajah semringah terpancar dari keluarga kecil ini. Kami menyeruput teh dan kudapan yang disajikan ibu dua anak ini.
Suami istri ini mulai ancang-ancang menunaikan umroh. Setiap dua pekan, ia menuju loket BRI menyisihkan uang. Hasil warung minimal Rp2,5 juta perbulan. Ramil, suaminya tak lagi ngotot melaut. Badan mulai dikerat usia. Hasil warung lebih dari cukup. ‘’Sesekali pergi ke laut. Tapi tidak tiap hari,’’ katanya tersenyum ditemui bersantai di rumahnya, 28 November 2024.
Masih di Kecamatan Bahodopi, tepatnya di Desa Labota, kisah sukses ditoreh salah seorang ibu tunggal. Namanya Ibu Hajariah. Masih muda. Gesit. Khas perantau dari Selatan. Soal musabab perceraiannya ia hanya memberi bocoran sedikit. Dia merantau di Kalimantan. Di sana ketemu perempuan lain. ‘’Ya sudah. Pisah saja,’’ ujarnya lantang.
Ibu Hajariah menggeluti bisnis rumah kost. Awalnya, lima kamar. Memanfaatkan halaman rumahnya yang cukup besar. Kini, perempuan berkulit terang ini mempunyai 20 kamar. Anak-anaknya, di sekolahkan bersama neneknya di Enrekang.
Dulu katanya, ia berhasrat menjadi karyawan PT IMIP. Salah satu yang diincarnya adalah bagian dapur. Menyediakan makanan untuk buruh. Melihat perkembangan, ia berubah. Menggeluti bisnis sewa kamar. Kini, ia tak perlu pusing membiayai sekolah anaknya di SMP dan SMA.
Seiring dengan rejeki yang terus mengalir, ia berencana menyalurkan hobinya lamanya. Memasak. Keinginannya, masuk di IMIP mengincar bagian dapur, tak terlepas dari hobinya itu. ‘’Mau bikin warung. Rencananya di sini saja,’’ katanya.
Dengan cinta yang tak pernah surut, Ibu Hajariah tidak hanya membangun masa depan dia dan dua anaknya. Di balik setiap tembok kamar yang ia bangun, tersimpan kisah perjuangan, pengorbanan bahkan kemenangan seorang perempuan yang menolak tunduk pada keadaan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Morowali tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Morowali mencapai 7,5 persen. Jauh di atas rata-rata nasional yang hanya 5,03 persen. Ini menunjukkan kontribusi sektor pertambangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai 65 persen.
Realisasi investasi di daerah ini menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Pada tahun 2023, realisasi investasi mencapai Rp91,78 triliun dan pada triwulan pertama tahun 2024, tercatat sebesar Rp 19,57 triliun atau sekitar 16,9% dari target tahunan.
KEMANDIRIAN FINANSIAL PEREMPUAN DESA
Keterlibatan perempuan dalam Usaha Mengengah Kecil dan Mikro (UMKM) dapat membantu mengurangi kesenjangan gender dalam akses ekonomi. Ini membuka kesempatan yang lebih setara dengan laki-laki. Pandangan ini disampaikan oleh Dr Maharani dari Perempuan Berdaya, sebuah lembaga yang aktif dalam kajian perempuan pesisir.
Perempuan di desa yang mampu menjadi pengusaha UMKM menurut dia, dapat membawa dampak positif yang signifikan. Baik bagi dirinya. Keluarga. Pun masyarakat sekitar.
Perempuan yang memiliki kemandirian finansial dapat mempunyai penghasilan sendiri. Tidak sepenuhnya bergantung pada pasangan atau keluarga. Bahkan menurut dia, dengan keterlibatannya di sektor bisnis mikro, menjadi salah satu cara efektif untuk mengurangi tingkat kemiskinan di pedesaan.
Perempuan yang sukses sering kali menjadi inspirasi bagi orang. Serta yang tak kalah penting, mereka berkontribusi pada perekonomian lokal. Perputaran uang di desa, akan meningkat dan menjadi daya ungkit pertumbuhan yang signifikan.
Maharani mengatakan, kemandirian finansial bagi perempuan, akan memberikan rasa aman dan stabilitas. Pasalnya, ia memiliki kontrol atas keuangan dan mengurangi stres akibat ketidakpastian ekonomi.
‘’Perempuan merasa lebih berdaya dan dihargai. Itu akan berpengaruh pada kesehatan mental mereka,’’ tutupnya.
Perempuan perempuan di sekitar kawasan IMIP, kini telah menjadi pelopor perekonomian di desanya. Nyaris tidak ada perempuan di desa-desa itu yang tidak mempunyai peran ekonomi. Ibu Masria dan Ibu Hajaria, hanya segelintir dari penduduk perempuan yang menjadi pioner ekonomi di desanya.
PEREMPUAN AKTIF DI BANK SAMPAH
Humas PT IMIP, Dedy Kurniawan yang ditemui pada Jumat 29 November 2024, mengakui daya ungkit industri di kawasan IMIP terlihat nyata. Tidak hanya menumbuhkan sentra ekonomi dengan keuntungan yang menjanjikan.
Dari tumpukan sampah pun, warga khususnya perempuan di Desa Labota berhasil mendongkrak keuangan keluarga. Tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Ara Sinergi Berdaya, mereka sukses menyulap sampah menjadi sumber penghasilan.
Di tangan ibu-ibu ini sampah menemukan makna baru. Mereka menciptakan penghasilan, harapan, dan masa depan.
Kisah sukses lainnya, menurut Dedy datang dari agen salah satu bank pemerintah. Agen tersebut meraih pengargaan nasional hingga tiga kali berturut-turut. Nilainya mencapai Rp52 miliar per tahun. Kemudian ada ibu yang meraih sukses besar menjadi pemasok beras di dalam kawasan industri.
Banyak kisah sukses yang diraih oleh warga di sekitar kawasan PT IMIP. Industri nikel memberi daya ungkit bagi ekonomi perempuan di desa. Membuka jalan bagi kemandirian, kreativitas, dan peran strategis mereka dalam membangun masa depannya.
Bagi perempuan-perempuan itu, industri nikel bukan hanya mineral berharga. Tetapi simbol kebangkitan. Di bawah kilau nikel sebuah harapan baru lahir
Penulis & foto: Yardin Hasan