PUPR, Memulihkan Harapan Baru di Tanah Bencana

KETERANGAN PERS - Ibu Maulidya Indah Junica, Arie Setiadi,Wahyu Kusumosusanto dan Dedy Permadi serta Novalina pada sesi konferensi pers di Palu, Kami 12 Desember 2024.

PROYEK Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascagempa di Sulawesi Tengah, dinyatakan selesai. Puluhan proyek infrastruktur yang berdiri kokoh menjadi legasi. Sekitar 4,5 tahun, PUPR berjibaku memulihkan harapan warga yang terdampak. Gempa yang mewariskan duka, berangsur hilang. Sebaliknya, menyisakan senyum bahagia atas hadirnya fasilitas terbaik di titik-titik paling parah.

Suroso, petani bawang di Desa Mpanau. Jumadi, petani holtikultura di Sidera. Ibu Fanti di Desa Bangga. Mereka adalah segelintir warga yang merasakan kehadiran  negara melalui PUPR, membawa harapan baru bagi kehidupan mereka dan keluarganya.

Suroso petani bawang tak berhenti terseyum memamerkan hasil pertaniannya kepada rombongan Wamen PUPR, di kebunnya pada Rabu 11 Desember 2024 lalu. Ibu Fanti, kini merasa lega. Tembok kokoh  bernama Sabodam, dibangun untuk menahan laju lumpur menuju desanya. Ibu muda ini pantas trauma. Peristiwa banjir debris menghantam desanya hingga tak bersisa. Menyebabkan ia dan ibu beserta ayah sambungnya membeli sebidang tanah, demi membangun rumah permukiman baru.

Jumadi, bisnis sayurnya berjalan stabil. Pasokan air dari Irigasi Gumbasa terus mengalir tanpa henti di lahan sewaannya. Kiriman sayur ke Kalimantan terus lancar. Pun, sewa lahan tak lagi menunggak.

Kualitas hidup penyintas  makin membaik. Misi pemulihan pun tiba pada titik terakhir. Kementerian PUPR melalui Central Sulawesi Rehabilitation and Reconstruction Project (CSRRP), pamit kepada warga Sulawesi Tengah.

‘’Kami menyatakan rehabilitasi dan rekonstruksi telah selesai. Selanjutnya, kami serahkan pada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota,’’ ucap Kasatgas Penanggulangan Pascabencana, Arie Setiadi di depan jurnalis di Palu, Kamis 12 Desember 2024.

PUPR telah menggelontorkan puluhan proyek senilai Rp1,99 triliun di wilayah terdampak. Kabupaten Donggala, Sigi dan Kota Palu. Dengan bermacam proyek. Permukiman, rumah sakit, perkantoran, jalan, jembatan, air bersih, pertanian dan irigasi hingga pendidikan.

Dalam implementasinya, PUPR mengusung pendekatan pembangunan yang menciptakan kondisi yang tangguh dan berkelanjutan pasca terjadinya krisis. PUPR menyebutnya konsep Build Back Better. Yakni, ketahanan terhadap risiko, keberlanjutan, inklusivitas dan peningkatan taraf hidup.

HUNIAN ASRIHuntap Lere, dihuni penyintas nelayan Lere, dilengkapi air bersih dan RTH.

Secara umum, program ini berhasil membangun 3.880 unit hunian tetap memperbaiki 17 sekolah dan 1 universitas. Selain itu membangun 7 fasilitas kesehatan,lebih dari 51 kilometer jalan permukiman dan lebih dari 1.000 titik Penerangan Jalan Umum (PJU).

WARGA MERASA PUAS

Pengakuan jujur dari tiga warga tadi, Suroso, Ibu Fanti dan Jumadi, menjelaskan tentang bagaimana keberadaan CSRRP telah menumbuhkan harapan baru pada keluarga mereka.

Evaluasi dari lembaga  Evaluation Study Consultant (ESC)   juga menggambarkan testimoni dari tiga warga tersebut. Kepuasan masyarakat terhadap hasil proyek sangat tinggi. Lebih dari 90 persen penerima manfaat merasa puas dengan kualitas hunian, fasilitas pendidikan, dan layanan kesehatan yang disediakan.

Warga yang puas adalah cerminan keberhasilan. Di mana jerih payah pemerintah menjelma menjadi kenyamanan yang dirasakan hingga ke sudut desa. Ketika mereka melangkah di atas jalan mulus, rasa nyaman di dalam hunian baru, hingga air irigasi yang mengalir lancar, terselip harapan akan kehidupan yang terus membaik.

‘’Keberhasilan program ini tidak hanya terletak pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga pada keberlanjutan dan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Fasilitas yang dibangun dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupan mereka,’’  ucap Arie Setiadi.

DISTRIBUSI MERATA DI DAERAH TERDAMPAK

Total investasi dalam kegiatan CSRRP mencapai Rp1,99 triliun. Ini semua didistribusikan secara proporsional ke tiga wilayah utama terdampak bencana. Kota Palu menerima alokasi terbesar mencapai 69,9 persen. Hal ini ungkap Arie Setiadi, kerusakan yang paling signifikan terjadi di wilayah tersebut. Menyusul Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala masing-masing mendapatkan 15,2 persen dan 14,8 persen dari keseluruhan investasi.

Selain itu, CSRRP juga melakukan rekonstruksi fasilitas publik  vital. Seperti rumah sakit, sekolah dan kantor pemerintah. Fasilitas-fasilitas ini ungkap Arie, sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk memperbaiki akses layanan dasar.

Program ini juga berhasil membangun infrastruktur skala lingkungan di 27 kelurahan/desa dengan anggaran sebesar Rp 45,08 miliar. Infrastruktur yang dibangun meliputi drainase, ruang terbuka hijau (RTH), dan tempat pengolahan sampah berbasis reduce, reuse, recycle (TPS3R), yang berkontribusi dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup masyarakat.

PEMPROV DIMINTA PELIHARA ASET

CSRRP telah selesai. Selanjutnya, tanggungjawab aset bernilai triliunan rupiah itu beralih ke pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.  ‘’Mau tidak mau, kami harus bertanggungjawab terhadap aset-aset ini,’’ begitu ucapan Sekdaprov Sulteng Novalina, merespons pernyataan Ketua Kasatgas Rehab Rekon Arie Setiadi.

Pernyataan Novalina itu disambut tawa kecil para pejabat PUPR. ‘’Kami minta bapak/ibu tidak meninggalkan kami. Mohon tetap didampingi,’’ begitu permintaan polos Novalina – yang menggambarkan urusan memelihara aset triliunan dengan hanya mengandalkan APBD bukan urusan gampang.

Novalina tidak merespons tentang sejauhmana kesiapan APBD Sulteng melakukan pemeliharaan aset-aset tersebut. Sesaat, ia menoleh kearah Staf Ahli Menteri PU Bidang Keterpaduan Pembangunan, Maulidya Indah Junica yang duduk di sampingnya. ‘’Bagaimana Bu, kami mengakses pembiayaan pusat untuk keberlanjutan dan pemeliharaan proyek-proyek tersebut,’’ begitu Novalina menggoda pejabat eselon 1 di PUPR itu.

Mendapat ‘’desakan’’ halus semacam itu, Maulidya Indah pun buka suara. Menurut dia, banyak fasilitas pembiayaan yang bisa diakses Pemerintah Provinsi. Salah satunya adalah mekanisme Dana Alokasi Umum (DAK). Tentunya, komunikasi dan koordinasi antarstakeholder terus dilakukan, agar aset-aset ini terpelihara namun memberi nilai tambah pada masyarakat di Sulteng.

Merespons pertanyaan jurnalis tentang kesiapan APBD Sulteng, Novalina tidak memberi jawaban tegas. Dengan alasan tidak pegang data, ia tidak menjawab tentang alokasi anggaran dalam APBD Sulteng tahun anggaran 2025.  Selain Dinas Cikasda Sulteng yang sudah menyiapkan Rp3,5 miliar untuk air bersih, proyek lainnya seperti jalan belum ada. Setidaknya, Sekdaprov Novalina tidak menyebutnya.

AIR BERSIHProyek Air Bersih Simoro di Desa Simoro, melayani 30 ribu sambungan rumah di Kabupaten Sigi dan Kota Palu

Namun mantan Kepala Dinas Kominfo Sulteng ini menambahkan, tanggungjawab pemeliharaan proyek-proyek ini, bukan hanya di pundak Pemprov Sulteng. Kabupaten Donggala dan Sigi, juga mempunyai tanggungjawab yang sama. Misalnya, sambung Novalina, pemeliharaan kawasan hunian tetap, tanggungjawabnya oleh pemerintah kabupaten/kota.

Kini, proyek air bersih di Desa Simoro, telah rampung 100 persen. Namun serapan distribusi baru mencapai 14,65 persen dari 30.000 kapasitas sambungan rumah yang bisa dilayani. Pemerintah Provinsi Sulteng, seperti yang disampaikan Novalina, gencar melakukan sosialiasi agar sambungannya bisa dikerek lebih tinggi.

Rahman (57) warga Kelurahan Petobo, mengaku tidak terlalu antusias melakukan sambungan baru. Pasalnya, ia dibayangi memori buruk tentang track record pelayanan industri air minum yang satu ini. Rahman tidak sendiri. Ada sejumlah warga yang punya memori yang sama terhadap pelayanan perusahaan air minum di daerah ini.

Pemprov Sulteng, tidak bisa lagi mengandalkan marketing konvensional untuk merangsang pelanggan baru. Begitu ucapan, Slamet Riady, pengamat Kebijakan Publik Untad. Trauma psikologis ini perlu diretas. Bagaimana pun caranya.  Maka, tawaran dari Arie Setiadi perlu dipertimbangkan. Ia mengusulkan, Pemprov mencontoh PAM Jaya di DKI Jakarta, yang menggandeng private sector, untuk manajemen dan pemasarannya. ‘’Ini soal bisnis model saja,’’ katanya.

Novalina yang berjarak sehasta dari Arie Setiadi, tampak mengangguk dan mencatat rekomendasi dari mantan Dirjen Bina Marga itu.  Ditemui seusai gelaran, Novalina mengaku akan serius menindaklanjuti semua rekomendasi PUPR.

Konferensi pers dihadiri ini juga dihadiri, Direktur PKP selaku Ketua PMU CSRRP Cipta Karya, Wahyu Kusumosusanto dan Ketua Satgas Harian Pelaksana Penanggulangan Bencana Pasca Gempa Bumi dan Tsunami, Dedy Permadi.

Rehabilitasi infrastruktur pasca-gempa telah usai. Arie Setiadi dan jajarannya balik pulang di Jakarta. Infrastruktur yang telah ramung, menjadi napas baru bagi kehidupan masyarakat. Jalan yang kembali mulus, jembatan yang berdiri kokoh, serta hamparan sawah hijau menjadi saksi semangat bangkit bersama.

Legasi itu, kini sedang dinikmati warga. Menjadi bukti tentang karya nyata, selama 4,5 tahun berjibaku memulihkan harapan di tanah bencana. Dipersembahkan untuk negeri. Untuk kemanusiaan.***

Penulis & Foto: Yardin Hasan

Tinggalkan Balasan