Wakil Menteri PUPR Tegur Kontraktor, Tanggul Jalan Tsunami Minta Diperbaiki

MINTA DIPERBAIKI - – Wamen PUPR RI, Diana Kusumastuti menunjuk bagian-bagian yang harus diperbaiki, pada peninjauan proyek jalan tanggul tsunami di Jalan Cumi-Cumi Palu Barat, Rabu 11 Desember 2024

PALU – Wakil Menteri PUPR  RI, Diana Kusumastuti, melakukan kunjungan kerja ke Sulawesi Tengah. Ia meninjau proyek  rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana gempa bumi, tsunami dan likuefaksi di Kota Palu dan Kabupaten Sigi, selama dua hari 11 – 12 Desember 2024,.

Pada hari pertama kunjungannya, Wamen PUPR meninjau 11 titik yang berlangsung tanpa jeda. Dimulai pukul 08.30 di ruas jalan poros Palu – Palolo Oge dan baru berakhir pukul 18.09 di Kampus Universitas Tadulako.

Saat meninjau rekonstruksi dan penanganan tanggul di Jalan Cumi-Cumi Palu Barat,  ia didampingi Kasatgas Bencana PUPR Sulteng, Arie Setiadi Moerwanto, serta para pejabat utama Kementerian PUPR.  Iring-iringan kendaraaan masuk dari arah lampu merah Kelurahan Silae. Wamen  turun dari mobil bernomor RI  26 yang ditumpanginya, tepat di lokasi bekas tugu bola dunia yang tersapu tsunami pada 28 September 2018 silam.

Diiringi para pejabat utama PUPR, ia berjalan menyusuri jalanan aspal yang  terlihat  masih baru. Pandangannya menyapu ke sekeliling. Ia tampak abai menatap panorama eksotis Teluk Palu dengan angin yang berhembus. Sebaliknya, pandangannya lurus kedepan sambil terus menoleh ke bahu jalan di kanan kirinya. Sesekali kepalanya terlihat menggeleng pelan.

‘’Ini kenapa aspalnya begini. Itu sambungannya kenapa tidak rapi. Ini harus diperbaiki. Nggak bisa begini,’’ ujarnya dengan nada tinggi. ‘’Harus ya segera diperbaiki. Siapa pengawasnya, kontraktornya gimana,’’ ujarnya dengan penuh selidik.

Sambil terus berjalan, jebolan Magister Teknik Studi Pembangunan ITB itu, terus fokus pada bahu dan badan jalan. Ia merapatkan topi berlogo PUPR di kepalanya untuk menghalau angin Teluk Palu yang terus mempermainkan rambutnya.

Berjalan sekira 100 meter, tiba-tiba ia berbelok ke sisi kiri jalan menuju spot swafoto, yang terlihat belum lama rampung. Bercak air semen dan sapuan halus cetok alias sendok semen tampak terlihat di sana. Diana yang terus ditempel para pejabat utama PUPR, menghabisan 7 menit di spot swafoto, sambil menanyakan detail seperti lubang-lubang yang menganga,  aspal yang terasa bergelombang maupun pohon yang belum tumbuh. ‘’Itu kenapa pohonnya belum tumbuh,’’ ujarnya sambil menunjuk pohon-pohon yang tampak oleng diterpa angin.

PENAHAHAN LUMPURPUPR membangun 3 proyek Sabodam atau kantong lumpur di Desa Bangga, Dolo Selatan, Rabu 11 Desember 2024

Sebagai mantan Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR RI,   Diana tampak sangat paham tentang seluk beluk infrastruktur. Ia kemudian memanggil kontraktor yang mengerjakan proyek jalan itu. ‘’Ini kenapa semennya seperti hanya ditempel. Aspalnya juga tidak rata. Kamu perbaiki dulu,’’ cecarnya kepada pejabat dari PT Bumi Karsa, perusahaan  yang mengerjakan proyek senilai Rp152 miliar lebih tersebut.

Dicecar oleh Wamen, pejabat  itu menyahut pendek. ‘’Oh iya, ini sementara dikerjakan,’’ ucapnya dengan gesture hormat. ‘’Dikerjakan gimana, kalo saya nggak kesini, kamu nggak akan bilang begitu,’’ semprotnya.  Tak sampai di situ. Wamen bahkan terus mencecarnya. Intonasinya tetap terjaga. Nada terdengar lebih tegas.

‘’Sayang nggak Pak, kalo Bapak finishing, terus jelek, terus saya minta bongkar. Rugi nggak Bapak,’’ cecarnya.  Kontraktor itu terdiam. ‘’Rugi nggak?’’ desaknya lagi. ‘’Kalo bapak kerja rapi tapi saya nggak suruh bongkar, untungkan Pak? tapi kalo bapak sudah selesai, saya bilang bongkar, bapak rugi loh. Aku nggak mau terima yang kayak gini. bongkar Pak ya, jangan begini kasihan rakyat,’’ ujar Wamen. Kali ini nadanya terdengar datar.  ‘’Siap kita buka Bu, akhir Desember sudah kita perbaiki,’’ ungkap perwakilan kontraktor itu .

Diana tampak gusar dengan kinerja pengusaha ini. Maka, saat bertemu dengan konsultan dari Jepang, ia mengulangi kekesalannya. Ia meluapkan kekecewaannya. Dan menuntut perbaikan segera. Ia menegaskan jalan bukan sekadar infrastruktur. Tetapi nadi yang menghubungkan kesejahteraan rakyat. ‘’Ini bantuan Jepang, tapi kan rakyat kami yang bayar,’’ ujarnya diselingi tawa ringan.

TINJAU PROYEK DI – 11 TITIK

Pada kunker hari pertama, Wamen PUPR RI, Diana Kusumastuti menghabiskan kunjungannya dengan mendatangi  ke 11 titik proyek PUPR yang meliputi, pengairan, jembatan, permukiman, pendidikan hingga pertanian. Kunjungan diawali dengan mendatangi petani bawang, Suroso di Desa Mpanau Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi.

Kepada Wamen dan rombongan, transmigran asal Jatim itu mengaku penghasilan dari bertani bawang goreng sangat menjanjikan. Hanya saja kendala pupuk selama ini, seperti sulit dicari jalan keluarnya. ‘’Ngambil pupuk pake KTP. Pas sampe di sana, jaringannya ngadat,’’ ucap pria ini disambut gelak tawa rombongan. Mestinya, menurut dia kendala-kendala seperti ini tidak perlu menyusahkan petani.

TINJAU SUMUR Rombongan melihat sumur pemantau air permukaan di Desa Mpanau, Kecamatan Biromaru, Rabu 11 Desember 2024

Saat meninjau Irigasi Gumbasa yang terletak di Desa Pakuli, Kabupaten Sigi, Wamen PUPR mengaku puas dengan rehabilitasi  irigasi terbesar di Sulteng itu.  Pasalnya, Irigasi Gumbasa yang mengairi sedikitnya, 12 desa di Kecamatan Dolo dan sekitarnya, akan menjadi penopang perekonomian tidak saja di Kabupaten Sigi, melainkan di Sulawesi Tengah.

Sementara di Desa Simoro Kecamatan Gumbasa, Wamen dan rombongan melihat langsung proyek air bersih Simoro. Proyek yang kini telah rampung 100 persen mempunyai kapasitas produksi 300 liter per detik. Mampu melayani kebutuhan 30 ribu sambungan rumah.

Selesai dari Simoro dan Daerah Iirigasi (DI) Gumbasa, rombongan menuju ke bangunan sadap lumpur dan proyek irigasi keduanya, di Desa Bangga Kecamatan Dolo Selatan, Sigi. PUPR membangun tiga buah  Sabodam atau kantong lumpur untuk menahan laju material di yang mengalir di Sungai Bangga.

Pada 26 Mei 2019, Desa Bangga hilang diterjang banjir debris (aliran campuran air dengan sedimen membawa batu-batu  dan batang pohon). Peristiwa itu memaksa 640 KK atau 2.400 jiwa mengungsi dan membuat pemukiman baru.

Usai dari Dolo Selatan, perjalanan dilanjutkan kembali. Kali ini menuju hunian tetap (huntap) Talise, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu. Rumah berkonsep Risha (rumah instan sehat sederhana) yang berdiri di atas lahan seluas, 46,8 hektar telah dihuni oleh 693 KK. Fasililitas umum dan fasilitas sosial sudah berdiri dan dinikmati oleh warga. Wamen Dian Kusumastuti, bahkan sempat berdialog dengan penghuni Risha yang mengeluh karena sudah 2 hari tidak mendapat air bersih.

Sementara saat melakukan peninjauan ke Jembatan Palu IV, pengganti Jembatan Ponulele yang roboh dihantam gempa dan downlift (penurunan permukaan tanah) pada 28 September 2018 lalu, Wamen mendapat penjelasan soal progress pembangunannya. Dari maket terlihat, jembatan dengan panjang 250 meter tersebut, modelnya tak lagi sama dengan jembatan sebelumnya yang dibangun dengan APBD Provinsi Sulteng itu.

Dari maket terlihat, bentuknya seperti jembatan buatan PUPR pada umumnya. Tidak ada fitur-fitur yang spesifik yang menandakan tetenger sebuah kota. ‘’Tidak ikonik. Seperti jembatan di kampungku saja,’’ cerocos salah satu rombongan. Salah satu yang masih dipertahankan adalah jembatan ini tetap berkelir kuning seperti halnya sebutan lain untuk Jembatan Ponulele.

Wamen Diana Kusumastuti, saat memberi keterangan pers mengatakan, penyambungan jembatan dari kedua sisi akan berlangsung Februari tahun ini. Sedangkan perampungannya diperkirakan Maret 2025. PUPR juga akan memanjakan warga Palu dengan menghadirkan fasilitas penunjang.

Di sisi barat di sepanjang bantaran sungai akan dibangun kolam dan arena soccer mini. Secara umum pembangunan jembatan maupun konstruksi jalan Cumi-Cumi sudah baik. ‘’Tapi saya minta di Jalan Cumi Cumi, finishingnya harus rapi, tidak boleh seperti itu,’’ ujar dia.

Usai meninjau jembatan, rombongan menyambangi Huntap Lere. Huntap yang umumnya menampung warga nelayan di Kelurahan Lere itu, adalah rumah ramah gempa. Proyek yang berasal dari APBN murni ini didiami 39 kepala keluarga. Namun, hunian yang berbentuk rumah panggung dengan dua kamar itu, ada  yang dikomersilkan. Tepatnya di rumah nomor 03.

Salah seorang ibu yang ditemui di teras rumahnya mengaku,  ia bukan pemilik sertifikat rumah yang didiaminya. Dia hanya mengontrak. Pemiliknya tinggal di kediaman lama di Kampung Lere dan mengontrakannya kepadanya. Ibu muda ini membayar Rp200 ribu per bulan. Ia sudah menghabiskan waktunya beberapa bulan di rumah itu.

IRIGASI GUMBASAWamen berdiskusi dengan pejabat dari Dirjen SDA BWSS III Palu, di Desa Pakuli, Rabu 11 Desember 2024

Kunjungan terakhir di Kampus Untad Palu . Di universitas terbesar di Sulteng itu, Wamen dan rombongan meninjau dua proyek. Yakni, proyek rehabilitasi bangunan di Untad dan embung pendidikan yang dibangun di halaman depan. Rektor Untad Amar ST bilang, embung pendidikan ini berfungsi untuk konservasi sumber daya air, sarana pendidikan dan rekreasi serta sarana olahraga. Usai melihat embung, rombongan mendatangi  ruang rektorat yang tinggal menyisakan penataan interior.

Menurut Wamen, dengan terbangunnya infrastruktur, pemerintah tidak hanya menyediakan fasilitas. Tetapi juga menghadirkan harapan bagi warga penyintas gempa untuk bangkit dan menata hidupnya kembali. ***

Penulis & foto: Yardin H

 

Tinggalkan Balasan